Pesisir pantai Pulau Gosong di Kecamatan Susoh, Kabupaten Abdya, Nangroe Aceh Darussalam (NAD) saat ini menjadi sasaran program konservasi terumbu karang yang dijalankan olehPusong Diving Club (PDC) bersama PT Mifa Bersaudara selaku salah satu anak usaha PT ABM Investama. Program yang dirintis sejak2018 terbukti berhasil mendapatkan peningkatan yang signifikan pada hasil tutupan terumbu karang 48 persen (sedang) menjadi 55 persen (baik) di tahun ini. Program konservasi ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi ekosistem laut sekitar serta membantu peningkatan pendapatan masyarakat sekitar daerah tersebut.
Sekretaris Pusong Diving Club Syamsul Khahar menjelaskan, program ini dijalankan setelah melihat fakta kondisi laut sekitar pantai barat selatan ini yang sudah rusak sehingga ikan dan biota laut lainnya semakin menjauh dari daerah dekat pantai. “Pada awalnya kami melihat bahwa banyak nelayan yang masih menggunakan kompresor untuk menyelam dan penggunaan potasium yang dapat merusak ekosistem laut," ujar Syamsul dalam diskusi virtual dengan media di Jakarta, Kamis (1/7/2021). Syamsul mengatakan, para nelayan lokal yang mayoritasnya menggunakan perahu kecil harus membahayakan diri dengan berlayar hingga jauh untuk mendapatkan ikan.
Dwi, salah satu nelayan lokal menilai program konservasi yang dijalankan Mifa dan PDC selama ini membuatnya menjadi lebih banyak mendapatkan hasil tangkapan melautnya. “Program konservasi ini membuat saya mendapatkan hasil tangkapan yang jauh lebih banyak, serta dengan hadirnya lokasi penangkapan ikan yang lebih dekat membuat saya lebih aman dalam melaut," ujar Dwi. Dia pun dapat menghemat penggunaan bahan bakar dari yang sebelumnya tiga jerigen menjadi satu jerigen saja.
Program konservasi terumbu karang yang PDC bersama dengan MIFA ini, diawali dengan pemasangan sejumlah apartemen ikan (fish shelter) di lokasi yang tidak terlalu jauh dengan pantai yaitu di sekitar perairan Karang Luas (2018), Karang Rambeu (2019) dan Pulau Gosong (2020). ”Penempatan apartemen ikan ini ditujukan untuk menggantikan terumbu karang yang telah rusak, sehingga dapat memperbaiki ekosistem laut dan mendatangkan ikan ikan serta biota laut yang lebih banyak di wilayah konservasi tersebut,” ungkap Syamsul. Pengecekan secara berkala dilakukan tim PDC dengan menggunakan kapal nelayan yang sedang libur di akhir pekan, sehingga para nelayan tersebut juga dapat teredukasi dan turut ikut serta memantau perkembangan dari terumbu karang serta jumlah spesies biota lautnya.
Program yang sudah berjalan selama 3 tahun ini telah menghasilkan 81 media transplantasi karang dari jenis Acropora Branching dengan 390 fragmen karang. Berdasarkan pencatatan terbaru rata rata penambahan tinggi karang berkisar 2,2 cm dan penambahan panjang (ke samping) 1,8 cm per bulannya dengan pertumbuhan terakhir yang mencapai tinggi 15 35 cm, serta panjang 10 25 cm. “Dari sisi peningkatan jumlah ikan juga telah mendapatkan hasil yang baik, data terakhir menunjukan bahwa jumlah ikan di sekitar area konservasi meningkat hingga 30 persen dengan kehadiran ikan ikan jenis lokal yaitu ikan Ppisang pisang, ikan baronang angin, ikan baronang batik, ikan kakap merah, Kerapu dan ikan jenis lokal lainnya,” paparnya.
Tahun ini, program konservasi ini diwarnai beberapa kegiatan baru seperti pemetaan biota laut lainnya seperti jumlah Kima dan juga plankton sebagai indikator perkembangan ekosistem laut di sekitar wilayah konservasi, memberikan tiang tanda (buoy) di sekitar wilayah apartemen ikan guna memudahkan nelayan mencari spot melaut yang banyak ikan tanpa harus melempar jangkar. Berbagai dukungan positif dari masyarakat sekitar khususnya nelayan pun turut hadir untuk bersama sama memantau mengawasi serta melindungi lingkungan sekitar konservasi setiap harinya dan saling mengingatkan untuk menjaga ekosistem laut. Syamsul berharap program transplantasi terumbu karang ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar, serta dapat berkembang ke wilayah yang lebih luas dari Pantai Barat Selatan Aceh.